Bacaan : Pengkhotbah 12:13
Memberikan arti pada sebuah kehidupan adalah sebuah tanggung jawab yang diberikan Tuhan kepada manusia. Dunia sekuler mencari arti kehidupan ini dengan berbagai macam cara sesuai dengan dorongan hati
mereka. Seperti yang dikisahkan dalam film Eat, Pray, Love yang diperankan oleh Julia Robert. Di mana dia menemukan bahwa kehidupan ini akan terasa indah dengan makan enak, yaitu di Italia; kehidupan ini harus
menyentuh kepada kehidupan spiritual dengan melakukan
meditasi di India; kehidupan harus diwarnai dengan perasaan kasih, yaitu ketika
ia menemukan cintanya di Bali. Namun, Alkitab mengatakan bahwa kepuasan hidup
tidak terletak pada makanan yang enak karena, Manusia hidup bukan dari roti
saja. Tidak juga terletak pada meditasi atau usaha manusia menemukan Tuhan melalui berbagai
cara karena, Tidak seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui
Aku. Hanya Yesuslah jalan dan kebenaran dan hidup! Kehidupan ini juga tidak
akan terpuaskan oleh cinta seseorang karena, Tidak ada kasih yang lebih besar
dari pada kasih Seseorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Ketika Salomo membulatkan hati untuk mencari arti sebuah kehidupan, dia
menyelidikinya dalam terang hikmat Tuhan. Di akhir kitab Pengkhotbah ia
menyimpulkan, bahwa hal terpenting dalam hidup ini adalah menjadikan takut akan
Tuhan sebagai kewajiban, yang menjadi dasar dari segala orientasi kehidupan.
Karena suatu hari nanti semua manusia akan diperhadapkan ke pengadilan Tuhan. Prinsip
ini pula yang dipegang oleh Rasul Paulus, Sebab ... kita semua harus menghadap
takhta pengadilan Kristus. (2 Kor 5:9-10) Hiduplah seperti kita akan menghadapi
pengadilan Tuhan esok hari, maka kita akan mengisi hari ini dengan hal yang
memuliakan Tuhan. Seberapa jauhkah kita telah menjadikan rasa takut akan Tuhan
sebagai kewajiban; seberapa dalamkah usaha kita untuk menjalani kehidupan yang
berkenan kepada Tuhan? Mungkin jawabannya adalah sebuah kegagalan. Namun
kegagalan bukanlah akhir segalanya, melainkan langkah permulaan atas sebuah keberhasilan. Kegagalan adalah sukses yang tertunda ketika kita mampu belajar
dari kesalahan. Tinggalkanlah semua kegagalan yang telah kita buat. Mulailah
dengan keputusan baru untuk mengalami sebuah perubahan yang membuat kita
menjadi lebih takut akan Tuhan, dan menjalani kehidupan yang berusaha
menyenangkan Tuhan. Seperti sebuah kalimat yang dinyatakan oleh Lauren Bacall,
I am not a has-been, I am a will be, artinya kita tidak tenggelam pada sebuah masa lalu, melainkan selalu
ingin menjadi sesuatu yang baru. Jangan tenggelam pada kegagalan, melainkan
muncullah dengan sebuah kehidupan baru, yang mengalami jamahan Tuhan.
Tahun-tahun hidup kita jalani sebagai tahun yang menjadikan Tuhan sebagai
pahlawan yang memberi kemenangan.
source : mansor.net