Bacaan : Matius 19:30
Cinta bersemi di dalam penjara adalah sebuah judul artikel di surat kabar
Register, Selasa, 28 Juni 2011. Kisah ini menceritakan pernikahan dua
narapidana, Iftekhar Murtaza dan Marissa Star Bilotti, dalam penjara Santa Ana,
California. Iftekhar seorang pemuda non-Kristen berusia 26 tahun, akan dikenakan hukuman mati atas pembunuhan tingkat pertama yang
dilakukannya pada tahun 2007. Ia membunuh ayah dan saudara perempuan bekas
pacarnya dengan cara yang sangat sadis, sementara sang ibu menderita luka parah. Sedangkan Bilotti gadis berusia 20 tahun, akan
menjalani hukuman selama 32 tahun atas keterlibatannya membantu mantan pacarnya
melakukan pembunuhan. Kedua sejoli ini bertemu di penjara, saling jatuh cinta,
dan berkomunikasi melalui surat. Pada akhirnya dengan pertolongan pengacara,
Senin, 27 Juni 2011, mereka melakukan pernikahan yang berlangsung selama 5
menit. Masing-masing keduanya membawa Alkitab. Ketika diwawancarai, Bilotti
menyatakan, Kami telah berjanji di hadapan Tuhan tidak akan pernah berpisah
selain maut yang memisahkan. Kami saling bersurat dan kita berdua juga membaca
Alkitab. Ibu saya memberikan saya sebuah Alkitab dan dia ingin saya menjelaskan Alkitab kepadanya. Sementara Murtaza menyatakan,
Dia seorang yang sangat cantik, memiliki hati yang sangat baik. Kita hanya
menyerahkan pada Tuhan untuk menyelesaikannya. Tuhan telah melakukan sebuah
mujizat dengan mempertemukan kami berdua. Ini merupakan kisah cinta yang
menyentuh hati. Murtaza, bermula dari seorang pemuda non-Kristen, juga pembunuh
yang sadis. Namun bertemu dengan seorang gadis cantik yang membawanya pada
akhir kehidupan yang indah karena berjumpa dengan Tuhan. Bilotti, pemudi yang menempuh jalan yang salah sehingga membawanya untuk hidup di
penjara, namun mengalami pertemuan dengan Tuhan dan menjadi pemenang jiwa.
Murtaza memang akan mengalami kematian di kursi mati, namun ia tidak akan
mengalami kematian di Neraka. Kisah ini mengingatkan kita pada seorang penjahat yang tergantung di kayu salib
bersama Yesus, namun mengalami keselamatan di akhir hidupnya. Kisah yang
mengharukan perasaan kita akan kebesaran kasih pengampunan Tuhan, yang juga mengajarkan kebenaran
bahwa akhir kehidupan jauh lebih penting dari sebuah permulaan. Hal ini yang
dinyatakan Yesus dalam Mat 19:30. Banyak orang memulai hidupnya dengan tidak
memercayai Tuhan, namun pada akhirnya mereka bertemu Tuhan, begitu pula sebaliknya. Kasih Tuhanlah yang memampukan kita untuk tetap setia padaNya sampai akhir.
Oleh karena itu, marilah kita terus menjaga agar kehangatan kasih dari Tuhan
tetap berkobar dan akan menjamah kehidupan orang-orang di sekitar kita. Mari
kita berhenti memandang rendah dan menghakimi orang berdosa, karena mereka juga
adalah biji mata Tuhan.
source : mannasorgawi.net