Renungan : Kehendak Tuhan Di Atas Lutut

Berbicara tentang kehendak Tuhan adalah sesuatu yang cukup rumit untuk dimengerti. Sering kali di dalam kehidupan ini kita mempertanyakan kehendak Tuhan atas segala situasi yang sedang kita hadapi. Apakah kehendak Tuhan saya menikah dengan dia? Apakah kehendak Tuhan untuk saya meninggalkan pekerjaan ini? Apakah kehendak Tuhan saya mengambil keputusan seperti ini? Apakah segala penderitaan yang saya
alami adalah kehendak Tuhan? Sejujurnya, sering kali kita tidak memiliki jawabannya, terlebih lagi jika pertanyaan ini hanya sampai pada pemikiran dan bukan pada lutut kita. Karena kedagingan kita lebih suka mengandalkan ketajaman pemikiran kita untuk menganalisa sebuah masalah daripada ketajaman roh kita untuk mengerti kehendak Tuhan di atas lutut kita. Mengapa hal ini sampai terjadi? Karena sebagai orang percaya banyak kali kita malas untuk berdoa. Kita hanya mengambil keputusan berdasarkan hikmat pemikiran manusia kita, dan hal ini sering kali membuat Tuhan begitu sibuk menata ulang kembali seluruh rencanaNya bagi kita, karena kita mengambil keputusan yang salah. Mencoba mendapatkan kehendak Tuhan atas segala situasi yang kita hadapi akan membawa roda kehidupan kita melaju di jalan tol menuju  rencanaNya bagi kita. Seperti yang dinyatakan ayat di atas. Seharusnya ketajaman pemikiran dan lutut kita menjadi partner yang baik untuk membawa kita mengerti kehendak Tuhan. Namun demikian kita dapat berbangga, karena sebagai Tuhan, Ia tidak pernah kehilangan akal maupun kehabisan jalan untuk membawa segala rencanaNya terlaksana dalam kehidupan orang percaya. Oleh karena itu, marilah kita menjadi rekan kerja Tuhan yang baik untuk menggenapkan seluruh kehendakNya dalam kehidupan kita. Keinginan Tuhan untuk menyatakan kehendakNya pada kita jauh lebih kuat daripada kehendak kita untuk mengetahui kehendakNya. Tuhan pasti akan menyatakan kehendakNya bagi kita. Jadi bertanyalah padaNya dalam kesungguhan. \"Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatanNya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap dia.\" (2 Taw 16:9a). Kita tidak cukup pandai untuk mengerti Tuhan dengan pikiran kita. Jadi gunakanlah lutut kita untuk membiarkan Dia menyatakan kehendakNya. Paulus berdoa dan berpuasa selama 3 hari 3 malam ketika ia mencari kehendak Tuhan atas segala yang dia alami dalam perjalananNya ke Damsyik (sebuah sinar yang sangat terang, mendengar suara dari langit, dan kebutaan yang dia alami). Lalu Tuhan mengirim Ananias untuk menyatakan kehendak Tuhan dalam kehidupannya. Lutut yang bertelut melahirkan kepekaan roh kita di dalam rohNya (Kis 20:22-23). Tuhan memerlukan jembatan ketekunan untuk menghubungkan doa dan jawaban doa. Tetaplah meminta sampai kita diberi, tetaplah mencari sampai kita mendapat, dan jangan berhenti mengetuk sampai pintu dibukakan!

sumber : mannasorgawi.net