Bacaan : 2 Korintus 1:3-7
Diane C. Pearson berkisah, Nenekku menyimpan catatan harian tentang apa yang dia alami semasa hidupnya. Aku menemukan tumpukan kertas-kertas catatan hariannya itu setelah dia meninggal dunia. Hal-hal yang terjadi setiap hari dicatatnya di dalam lembaran-lembaran kertas itu. Salah satu hal yang cukup menyedihkan adalah catatan tentang kesendiriannya dan bagaimana dia menangis setiap hari karena hal itu.
Diane berhenti sejenak dan menarik nafas panjang. Kemudian dia
melanjutkan kisahnya, Nenek menulis, Suatu hari, Diane menelepon. Merupakan
suatu hal yang ajaib bisa mendengar suaranya. Setelah membaca bagian akhir dari
buku harian neneknya ini, Diane sadar bahwa ternyata selama ini dia menjadi
orang yang tidak memerhatikan kebutuhan neneknya. Dia adalah ibu muda yang sangat sibuk ketika
neneknya menuliskan bagian tersebut. Padahal yang dibutuhkan neneknya sangat
sederhana, yaitu mendengar suaranya. Tidak terpikirkan olehku bahwa nenek
merasa sendirian. Aku tidak pernah bermimpi bahwa sesuatu yang sederhana seperti menelepon selama 10 menit
akan sangat berarti bagi nenek. Aku malu terhadap diriku sendiri, sebab aku
bisa menelepon yang lain sesering mungkin. Membaca tulisan nenek tersebut
membuatku sadar bahwa menelepon, mengirim surat atau berkunjung dapat membuat
perbedaan di dalam kehidupan seseorang, jelas Diane dengan nada menyesal. Sejak
kejadian itu, Diane berusaha sebaik mungkin untuk memerhatikan keluarganya,
terutama melalui telepon. Bahkan, dia berusaha untuk memerhatikan orang lain,
terutama mereka yang merasa sendirian di hari-harinya. Merasa kesendirian bukan perkara yang sederhana. Hal ini bisa berdampak besar
di dalam kehidupan seseorang. Orang tersebut akan dihantui dengan pikiran bahwa
orang lain tidak ada yang memperhatikannya. Dia akan dibayangi dengan perasaan
bahwa dirinya tidak berharga. Tidak ada keceriaan yang memancar dari wajahnya.
Hidupnya selalu dipenuhi dengan rasa pesimis. Parahnya, dia akan melakukan
sesuatu yang merugikan, bisa merugikan diri sendiri atau orang lain. Untuk itu,
bukan kebetulan kalau Paulus memberi kesaksian bahwa bagi dirinya, tidak ada yang namanya merasa sendiri, sebab sahabat
sejatinya, yaitu Tuhan, selalu datang untuk menghiburnya. Menariknya, dengan
perasaan bahwa Tuhan sudah memerhatikannya, maka Paulus dimampukan untuk
memerhatikan jemaat Tuhan, terutama jemaat Tuhan yang sedang mengalami tekanan dan aniaya. Sebagai orang yang sudah diperhatikan Tuhan, kita dituntut untuk memerhatikan
orang lain. Kunjungan di saat weekend, bisa membuat orang merasa terhormat.
Telepon, sms dan bbm yang menanyakan kabar atau kesehatan, juga bisa membuat
orang merasa berharga. Bahkan, sapaan di pagi dan sore hari bisa membuat orang
merasa berguna. Lakukan hal yang sederhana ini yang akan membangkitkan semangat
hidup orang lain.
source : mansor.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar