Si Setiap Waktu

Lukas 2:37b ; 1 Korintus 15:58

Sebait syair lagu berbunyi demikian, “Kurindu setiap waktu, hidupi kebenaranMu, bukan dengan kuatku, namun karena RohMu, Yesus Kau yang kupegang teguh.” Di sini terlihat keinginan si pengarang supaya dirinya dan orang-orang yang menyanyikan lagunya menjadi orang Kristen yang hidup berdasarkan firman Tuhan setiap waktu. Ada lagi refrain sebuah lagu yang berbunyi, “inilah yang kurenungkan setiap waktu, nyanyian pujian dan pengagungan kepadaMu, biarlah manis Kau dengar Tuhan, manis Kaudengar Tuhan, biar hatiku bersuka karenaMu.” Disini kita melihat komitmen si pengarang untuk memuji Tuhan setiap waktu. Tentu sagat baik ketika puji-pujian itu mejadi kenyataan didalam hidup orang Kristen, karena itu akan membuatnya dekat denga Tuhan dan menikmati indahnya kedekatan itu.
Hana adalah satu diantara sekian tokoh Alkitab yang mempunyai kedekatan dengan Tuhan. Kedekatan itu ditunjukkan dalam bentuk ibadah. Paling tidak ada tiga hal yang bisa dijelaskan dan dijadikan teladan berkaitan dengan ibadahnya Hana, yaitu :
Hana beribadah siang malam. Hana memang tidak mempunyai pekerjaan sekuler sehingga dia bisa mengabdikan diri sepenuhnya pada kegiatan ibadah. Tentu ini tidak bisa diteladani secara persis oleh orang Kristen pada umumnya, kecuali hamba Tuhan yang memang bergelut dalam dunia rohani. Tetapi, prinsip “siang malam” sebenarnya adalah kesiapan dan kesediaan seseorang untuk terus berada dekat dengan Tuhan setiap waktu. Setiap orang Kristen harus mempunyai prinsip ini di dalam hidupnya.
Hana beribadah dalam bentuk puasa. Puasa adalah hal yang sangat umum dilakukan oleh orang Yahudi. Saking umunya, maka puasa menjadi sebuah kebiasaan saja tanpa makna rohani yang mendalam. Bahkan orang Yahudi, khususnya orang Farisi berpuasa hanya untuk kebanggaan pribadi semata. Tentu tidak demikian dengan Hana, dia berpuasa dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan. Demikian juga harusnya kita, ketika kita berpuasa, kita harus sungguh-sungguh merendahkan diri di hadapan Tuhan, mengakui akan kelemahan kita dan kehebatan Tuhan. Hanya dengan cara itu Tuha mau dekat dengan kita.
Hana beribadah dalam bentuk doa. Hana bukan memperhatikan jam-jam doa sebagaimana orang Yahudi pada umumnya, tetapi dia mau menyangkal diri dan hidup didalam doa setiap waktu. Teladan pada umumnya, tetapi dia mau menyangkal diri dan hidup di dalam doa setiap waktu. Teladan Hana ini sejalan dengan nasihat Rasul Paulus di dalam 1 Tesalonika 5:17, “Tetaplah berdoa”. Artinya tentu saja tidak setiap waktu melipat tangan, menutup mata dan berdoa, tetapi hidupnya dipenuhi dengan komunikasi dengan Tuhan.
Jika kita meneladani Hana, itu bukan berarti kita harus meninggalkan pekerjaan dan aktivitas lainnya, tetapi dalam setiap pekerjaan dan aktivitas kita, kita harus mendasarinya dengan hidup beribadah kepada Tuhan. Tuhan tetap yang nomor satu dalam segala hal.

Sumber : Mansor